Minggu, 14 Desember 2008

Kisah Mami Pus dan Anak-Anaknya (Part 1)

Kucing tetangga, seringkali berkunjung kerumah untuk minta makan. Kebetulan saya sudah memiliki 2 ekor kucing jantan di rumah. Ketika kucing saya tahu bahwa majikannya hendak memberikan makan maka kucing-kucing saya itu dengan meongan khas minta makan (lha?emang gimana bunyi meong-nya?) maka dengan segera kucing betina milik tetanga itu dengan sigap melompati pagar tembok pembatas rumah untuk minta jatah juga. Kunjungan minta makan ini yang dulunya sesekali kemudian menjadi tetap ketika si kucing betina ini tengah bunting dan kemudian memutuskan untuk "bersalin" di pot kosong di garasi rumah. Ternyata kucing ini melahirkan 3 ekor anak kucing.

Selama kurang lebih 2 minggu, anak-anak kucing ini mulai bisa merangkak naik keluar dari pot bunga kosong yang tingginya kurang lebih 60cm ini. Sementara itu Si Mami Pus (akhirnya saya memberikan nama itu) mulai mencari lokasi yang lebih aman dari tangan jahil manusia (seperti aku ini yang suka sekali mengambil dari "sarangnya" yang kemudian dengan meongan "teriak" khas anak kucing si Mami Pus tergopoh-gopoh untuk melihat apa yang terjadi dengan anaknya). Benar saja, keesokan harinya, pot bunga itu kosong melompong.

Setelah 2 hari tak ketahuan dimana si Mami Pus memindahkan anak-anaknya, akhirnya saya tahu juga lokasi dimana Mami Pus itu memindahkan anak-anaknya. Lokasi "aman" yang baru itu ternyata di dalam mobil-ku yang tengah turun mesin di garasi, di bawah kursi depan sisi pengemudi. Waktu itu kebetulan saya melihat si Mami Pus ketika dipanggil (sapaan akrab kepada kucing) "Puuuuuuussss...." keluar dari jendela mobil yang memang sengaja dibuka separo supaya tidak pengap.

Setelah sekian lama (2 minggu) dibiarkan menjadi "penghuni" mobil, akhirnya Papa saya memerintahkan supaya Mami Pus dikeluarkan dari dalam mobil. Mama, yang kemudian kerepotan karena anak-anak kucing ini sudah mulai buang kotoran sembarangan, bertindak ekstrim, Mami Pus dan anak-anaknya harus kembali ke pemiliknya. Biar begitu, meski tanpa anak-anaknya (anak-anaknya tetap berada di halaman rumah tetangga) Mami Pus dengan setia dan rajin meminta jatah makannya ke rumah.

Ternyata istri tetangga si pemilik kucing mulai kerepotan juga karena si anak-anak kucing itu buang kotoran sembarangan. Akhirnya, pada Sabtu pagi kemarin, si pemilik membuang anak-anak kucing itu dan Mami Pus. Mama saya waktu itu, juga malah menyarankan kalau membuang anak-anak kucing itu sekalian aja sama induknya, supaya masih bisa menyusu pada induknya.

Sore itu, ditengah hujan deras, mama saya mulai memikirkan nasib Mami Pus dan anak-anaknya. Mama bilang, "Coba tadi Mami Pus dikasi makan dulu sebelum dibuang, duh...dibuang dimana ya? Apalagi hujan begini..." Pas Magrib, tiba-tiba si Mami Pus kembali dengan badan setengah basah dan kotor dengan meongan khas meminta makan. Mama, yang gak nyangka bahwa si Mami Pus kembali, malah memikirkan anak-anak Mami Pus ketika ditinggal si Mami Pus kesini. Mama juga bertanya kepada tetangga, dimana lokasi pembuangan anak-anak kucing itu, yang ternyata sejauh kurang lebih 1,5 km dari rumah. Sampai malam tiba, Mami Pus tak ada tanda-tanda kembali ke anak-anaknya.

Keesokan paginya, Mami Pus mengeong keras di garasi (bergema!) sambil bediri (benar berdiri! sambil kedua tangan eh kaki, bersandar ke jendela kaca garasi). Rupanya ia minta dibukakan pintu dan hendak keluar. Benar saja, ketika pintu terbuka ia berlari menyeberang ke tetangga. Ternyata ada seekor anaknya!

-To Be Continued-

0 komentar:

Posting Komentar